apakah yang mendasari individu berkomunikasi dengan orang lain

adalahinteraksi individu dengan “orang lain”. Dengan kata lain konsep diri timbul dari hasil belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain (Holmes dan Manik, 2007). Diperjelas dengan pendapat Keliat (2005) yang dimaksud „orang lain‟ disini adalah ; (a) Orang tua, (b) Kawan sebaya, (c) Masyarakat. Saatorang saling berbicara mereka seringkali mengandalkan logika dalam percakapan. Logika budaya adalah proses menggunakan asumsi kita sendiri untuk menafsirkan pesan dan tindakan orang lain. Dengan kata lain, logika menyajikan kepada orang-orang mengenai sistem asumsi tentang apa yang saling diketahui dan dipahami antara individu. Hasilmenunjukkan bahwa paparan anggota dalam kelompok yang berperilaku buruk atau orang lain yang mendapat manfaat dari tindakan tidak etis, keserakahan, egosentrisme, pembenaran diri, paparan ketidakjujuran tambahan, keengganan kehilangan, tujuan kinerja yang menantang, atau tekanan waktu meningkatkan perilaku tidak etis. Orangdengan gangguan kepribadian memiliki pola berpikir dan bertindak yang berbeda dari apa yang masyarakat anggap normal. Selain itu, pengidap umumnya memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang buruk dan kesulitan membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain. Penyebab Gangguan Kepribadian. Kasus gangguan kepribadian umumnya dimulai Atribusiadalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku. tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh. kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik. perilaku orang lain. Sekali lagi Heider (1958) menegaskan bahwa pada dasarnya individu melakukan https://groups.google.com/g/nunutv/c/I4-Cy99TRPs. September 10, 2020 Post a Comment Apakah yang mendasari individu berkomunikasi dengan orang lain? Jawab Setiap orang membutuhkan komunikasi dengan orang lain karena ia tidak dapat hidup sendiri. Untuk berhubungan dengan orang lain, maka harus melalui komunikasi guna menyampaikan maksud atau kehendaknya kepada orang lain. - Semoga Bermanfaat Jangan lupa komentar & sarannya Email nanangnurulhidayat Kunjungi terus OK! Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Fenomena childfree sedang ramai dibicarakan beberapa waktu terakhir, istilah ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1970-an lihat Baber & Deyer, 1986. Childfree merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pasangan menikah yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Penelitian yang dilakukan oleh Baber dan Deyer 1986 mengungkapkan bahwa individu yang memiliki pandangan childfree cenderung memiliki pandangan non-tradisional mengenai peran gender. Peran tradisional yang dimaksud berarti bahwa perempuan memiliki tugas di rumah dan berorientasi pada anak, atau peran wanita sebagai ibu. Survei yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa sebesar 44% individu berusia 18-49 tahun data dari sampel yang dipilih secara acak di Amerika menyatakan tidak terlalu dan sama sekali tidak ingin memiliki anak Brown, 2021. Di antara responden yang menyatakan tidak ingin memiliki anak, pertimbangan yang mendasari keputusan childfree di antaranya adalah 1 tidak berkeinginan untuk memiliki anak 56%, 2 faktor medis 19%, 3 finansial 17%, 4 tidak ada pasangan 15%, dan 5 usia 10%. Responden yang sudah memiliki anak dan menyatakan tidak ingin menambah anak juga memiliki pertimbangan yang hampir sama dengan orang yang childfree 1 tidak berkeinginan untuk menambah anak, 2 usia, 3 faktor medis, 4 finansial, dan 5 sudah memiliki anak Brown, 2021. Alasan-alasan yang disampaikan oleh para responden penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan untuk childfree maupun tidak menambah anak sebagian besar berdasarkan preferensi dari responden untuk tidak memiliki anak atau tidak ingin menambah pasangan, baik yang childfree maupun yang memiliki anak, mempunyai pertimbangan masing-masing dalam membuat keputusan tentang kehadiran anak yang secara umum berdasarkan preferensi yang bersangkutan. Apabila dilihat dari segi kebahagiaan, apakah individu yang childfree lebih bahagia dari para orang tua pasangan yang memiliki anak? Survey of Health, Ageing and Retirement SHARE di Eropa merupakan survei yang dilakukan di berbagai negara 21 negara dan melibatkan orang berusia di atas 50 tahun menilai kebahagiaan subjective wellbeing. Pasangan yang memiliki anak dan secara rutin berkomunikasi dengan anak cenderung lebih bahagia dibanding pasangan/individu yang childfree. Pasangan yang jarang berkomunikasi dengan anak juga menunjukkan kebahagiaan yang lebih rendah dibanding pasangan yang rutin berkomunikasi dengan anak Albertini & Arpino, 2018. Survei serupa yang dilakukan untuk mengetahui kebahagiaan secara global berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, melibatkan responden menunjukkan hasil yang berkebalikan, orang yang childfree cenderung lebih bahagia dibanding orang yang memiliki 1 sampai 3 anak. Namun, tingkat kebagiaan tersebut sangat bergantung pada usia. Pada kelompok orang yang berusia kurang dari 30 tahun, tingkat kebahagiaan berkurang berdasarkan jumlah anak. Kelompok usia 30-39 tahun tidak menunjukkan kebahagiaan yang lebih rendah berdasarkan jumlah anak. Sedangkan pada kelompok usia 40 ke atas, tingkat kebahagiaan menjadi lebih tinggi, terutama yang memiliki 3 anak menunjukkan kebahagiaan tertinggi MaRgolis & MyRskylä, 2012. Berdasarkan kedua survei tersebut, pertanyaan tentang kelompok mana yang lebih bahagia belum dapat terjawab secara jelas. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang dan umumnya bersifat subjektif, bergantung pada preferensi masing-masing. Kebahagiaan seringkali juga disebut sebagai subjective well-being, yang merujuk pada pengalaman individual dan evaluasi terhadap hidup berdasarkaan aspek dan kegiatan tertentu yang dilakukan sepanjang hidup Panel on Measuring Subjective Well-Being in a Policy-Relevant Framework, 2013. Pengertian ini menandakan bahwa setiap orang bisa jadi memiliki tolok ukur kebahagiaan yang berbeda-beda, meski bisa dilakukan pengukuran secara umum berdasarkan kriteria tertentu. Oleh karena itu, perbandingan kebahagiaan antara kedua kelompok ini bisa sangat subjektif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti hasil penelitian MaRgolis dan MyRskylä 2012, juga diperlukan pengukuran berkala untuk mengetahui perubahan tren antar M. & Arpino, B. 2018. Childlessness, parenthood and subjective wellbeing The relevance of conceptualizing parenthood and childlessness as a continuum. Diakses dari Baber, K. M. & Dreyer, A. S. 1986. Gender-role orientations in older child-free and expectant couples. Sex Roles, 149/10 501-512. Brown, A. 2021. Growing share of childless adults in don’t expect to ever have children. Diakses dari MaRgolis, R. & MyRskylä, M. 2012. A global perspective on happiness and fertility. Population and Development Review, 371 29-56. doi on Measuring Subjective Well-Being in a Policy-Relevant Framework; Committee on National Statistics; Division on Behavioral and Social Sciences and Education; National Research Council; Stone AA, Mackie C, editors. 2013. Subjective well-being Measuring happiness, suffering, and other dimensions of experience [Internet]. Washington DC National Academies Press. Available from doi Lihat Sosbud Selengkapnya Sebagai makhluk sosial kebutuhan untuk berkomunikasi tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sehari-hari. Dari katanya komunikasi memiliki arti sebagai proses penyampai makna dari suatu kelompok satu ke kelompok yang lain menggunakan simbol, tanda atau aturan semiotika yang telah dipahami bersama. Komunikasi memungkinkan semua manusia untuk bisa saling terhubung satu sama lain. Sebenarnya mengapa manusia perlu komunikasi? 1. Memenuhi kebutuhan Alasan pertama seseorang perlu berkomunikasi yaitu supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Komunikasi masuk dalam kebutuhan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi kita bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan dan rasa ingin tahu yang dimiliki. Komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan maksud atas barang atau jasa yang kita butuhkan. 2. Pertukaran informasi Interaksi adalah hubungan antara dua orang atau lebih yang saling memiliki kepentingan. Komunikasi menjadi alat untuk bisa saling bertukar berinteraksi. Memelihara hubungan baik dengan orang lain. Dengan adanya interaksi bisa terjalin kerjasama, hubungan timbal balik antar manusia. 3. Menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain Komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain sehingga mampu mempengaruhi pemikiran, merubah sikap, dan menggerakan orang lain untuk melakukan apa yang disampaikan. Misalnya dalam kegiatan ekonomi komunikasi berguna untuk menyatakan kualitas dari suatu produk lalu memberikan penawaran supaya orang mau membeli atau menggunakan produk tersebut. 4. Komunikator bisa dimengerti oleh komunikan Komunikator adalah orang yang hendak menyampaikan pesan sedangkan komunikan adalah target penerima pesan. Dalam prakteknya alasan mengapa manusia perlu berkomunikasi adalah supaya terjalin hubungan yang harmonis antara komunikator dengan komunikan sehingga tidak ada miss komunikasi. 5. Agar bisa mengenal orang lain Manusia perlu melakukan komunikasi supaya setiap orang bisa saling mengenal dan memahami pesan apa yang disampaikan. Kemampuan komunikasi seseorang yang perlu dipahami yaitu mendengar, membaca dan mengartikan. Alat untuk bisa berkomunikasi ini menggunakan bahasa baik bahasa verbal maupun lisan. Contohnya Indonesia terdiri dari beragam bahasa daerah, supaya semua rakyat Indonesia bisa saling berinteraksi maka bahasa persatuan yang dipakai adalah Bahasa Indonesia. 6. Menyampaikan pendapat Perlu adanya komunikasi antara manusia supaya bila menyampaikan pendapat, ide, gagasan dan masukkan yang dimiliki kepada orang lain. Dengan harapan pendapat tersebut bisa dimengerti dan akhirnya bisa diterima oleh orang lain. 7. Pengambilan keputusan Komunikasi memiliki fungsi sebagai pengambil keputusan, yaitu memutuskan untuk melakukan atau tidak kegiatan tertentu. Dalam pengambilan ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu diputuskan sendiri dan diputuskan setelah mendapatkan masukkan dari orang lain. Keputusan ini bisa bersifat emosional dan juga sudah dipikirkan secara matang. Semakin penting suatu keputusan pihak yang akan terlibat dalam berkomunikasi pun akan semakin banyak. – Komunikasi adalah hal yang dilakukan manusia setiap harinya. Manusia berkomunikasi lewat lisan, tulisan, perilaku, dan gambar. Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan hal yang penting bagi manusia. Namun apakah sebenarnya komunikasi itu?Pengertian komunikasi menurut para ahli Berikut definisi komunikasi menurut para ahli, yaitu Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid dalam buku Communication Network Toward a New Paradigm for Research 1981 menyebutkan komunikasi ialah proses di mana dua orang atau lebih membentuk ata melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Shannon dan Weaver C. Shannon dan W. Weaver dalam buku The Mathematical Theory of Communication 1949, komunikasi yakni bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain secara sengaja dan tidak sengaja. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam buku Human Behavior An Inventory of Scientific Finding 1964 menyebutkan bahwa komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasa, emosi, keterampilan, dan lain-lain melaui penggunaan kata, angka, simbol, gambar, dan lain sebagainya. Baca juga Komunikasi Kantor Definisi, Bentuk, dan Ruang Lingkup Carl I. Holand Carl I. Holand dalam bukunya Social Communication 1948 menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain. Fungsi komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi 2003, terdapat empat fungsi dari komunikasi, yakni Menyampaikan informasi Komunikasi memungkinkan manusia menyampaikan informasi. Misalnya ilmu pengetahuan yang disampaikan lewat buku, berita yang disampaikan lewat televisi, hingga informasi pribadi yang disampaikan lewat media sosial. Mendidik Manusia tumbuh menjadi pribadi yang baik karena didikan yang disampaikan lewat komunikasi. Saat bayi, ibu akan berkomunikasi dengan anaknya sehingga anak tersebut paham akan bahasa. Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai manusia ini, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri. Persepsi Terhadap Diri Pribadi self-perception Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal dengan persepsi. Menurut Fisher, persepsi didefenisikan sebagi interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi mensyaratkan 1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita. 2. adanya informasi untuk diinterpretasikan. 3. menyangkut sifat representatif dari penginderaan. Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan, karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya. Sifat-sifat persepsi Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan didalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang mudah menurut kita belum tentu mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas menurut orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami sifat-sifat persepsi 1. persepsi adalah pengalaman. Untuk memaknai seseorang, objek atau peristiwa kita menginterpretasikannya dengan pengalaman masa lalu yang menyerupainya. Pengalaman menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna. 2. persepsi adalah selektif. Kita melakukan seleksi pada hal-hal yang kita inginkan saja, sehingga mengabaikan yang lain. Kita mempersepsikan hanya yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang berlawanan dengan keyakinan atau nilai yang kita miliki. 3. persepsi adalah penyimpulan. Mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Artinya mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tapi hanya berdasar penangkapan indra yang terbatas. 4. persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Semakin jauh jarak antara orang yang mempersepsi dengan objeknya, maka semakin tidak akurat persepsinya. 5. persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek yang dipersepsi. Kita cenderung mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri kita bisa sangat baik atau sangat buruk. Sementara yang biasa-biasa saja cenderung kita lupakan dan tidak bisa diingat dengan baik. Beberapa Elemen Persepsi 1. sensasi/penginderaan dan interpretasi. Ketika individu menangkap sesuatu melalui inderanya melihat, mendengar, mencicipi, membau dan meraba maka secara simultan ia akan menginterpretasikan makna dari hasil penginderaan. 2. Harapan. Kita cenderung untuk mendengar apa yang kita harapkan untuk didengar dan melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat. 3. bentuk dan latar belakang figure & ground. Persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi figure informasi yang dianggap penting/relevan dan informasi yang menjadi background informasi yang kurang penting/relevan. 4. perbandingan. Orang biasanya ingin meyakini kebenaran persepsinya. Caranya adalah dengan melakukan perbandingan berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya. 5. konteks. Seperangkat fenomena yang mendasari suatu objek untuk dimaknai. Kesadaran Pribadi self-awarness Identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian diri adalah suatu pengertian yang mengacu pada identitas spesifik dari individu. Fisher menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri, yaitu konsep diri, self-esteem, dan multiple selves. 1. konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Umumnya orang menggolongkan diri sendiri dalam tiga kategori; a. karakteristik atau sifat pribadi adalah sifat yang dimiliki, seperti fisik laki-laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb. Atau kemampuan tertentu pandai, pendiam, rajin, cermat dsb b. karakteristik atau sifat sosial, misalnya introvert atau ekstrovert, ramah atau ketus, periang atau pendiam. c. peran sosial, contohnya ayah, ibu, guru, militer, polisi 2. self esteem, merupakan bagian yang inherent dari konsep diri. Self esteem kita adalah bagian dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri. Self-esteem berpengaruh pada perilaku komunikasi kita. Jika self-esteem kita tinggi, biasanya kita lebih percaya diri, mandiri dan merasa kompeten. 3. multiselves. Setiap kita kadang memiliki identitas yang berbeda dalam berbagai situasi atau kondisi. Misalnya di kelas sebagai guru, di rumah sebagai ayah. Memahami orang lain dalam komunikasi suatu interaksi komunikasi melibatkan dua orang, akan terdapat dua pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dari diri orang yang menjadi lawan bicara kita. Walau pun bukan hal mudah, ada tiga jenis informasi yang dapat kita gunakan untuk tujuan itu 1. menyusun mekanisme proteksi, yaitu kita ingin mengetahui apa yang diharapkannya melalui komunikasi dengan kita. 2. melakukan pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau akurasi dari penampilannya. Setiap individu melakukan itu dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi ketidakpastian dan perbandingan sosial. Ketika pertama bertemu dengan seseorang maka sejumlah pertanyaan muncul dalam diri kita. Selanjutnya kita akan berkomunikasi untuk mendapatkan sejumlah jawaban terhadap sejumlah pertanyaan. Jadi dalam tahap awal komunikasi antarpribadi, kita akan berusaha mengurangi ketidakpastian yang kita rasakan. Upaya ini pada dasarnya merupakan proses pemaknaan, yaitu menghilangkan makna-makna yang tidak sesuai hingga tersisa makna-makna yang kita anggap sesuai. Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang lain. Festinger mengatakan biasanya orang melakukan evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri kita sendiri konsep diri. Selain itu juga kita ingin mengetahui bagaimana menilai diri kita self esteem. Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk membandingkan dengan yang setara. Artinya kita cenderung tidak melakukan evaluasi diri secara objektif, meskipun demikian ini merupakan cara yang sehat untuk menjaga kestabilan konsep diri dan self esteem. Persepsi Terhadap Orang lain Proses mempersepsi orang lain mencakup persepsi terhadap karakteristik fisik dan perilaku komunikasi orang tersebut. Steve Duck mengemukakan 3 hal berkaitan dengan itu 1. perilaku tersebut mungkin terasa menyenangkan bagi kita, karena biasanya kita suka dengan senyuman dan pujian. 2. perilaku tersebut memberi informasi yang kita gunakan untuk membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang kepribadian, nilai, sikap, keyakinan. 3. perilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai kelanjutan hubungan di kemudian hari. Perilaku Terhadap orang lain Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang lain memiliki penilaian yang baik terhadap diri kita, paling tidak memiliki kesan bahwa kita konsisten dengan tujuan kita berkomunikasi dengannya. Kita dapat berharap bahwa prang lain dapat menjadi teman, pimpinan, pasangan dan berbagai peran sosial lainnya. Meskipun kita tidak bisa mengendalikan persepsi orang seperti yang kita mau, namun kita dapat mengarahkan persepsi mereka sesuai yang kita harapkan. Beberapa konsep yang menjelaskan itu antara lain 1. impression management. Erving Gooffman mengemukakan bagaimana setiap orang dalam kesehariannya memainkan macam-macam peran kepada orang lain. Tindakan itu sesuatu yang alamiah dan wajar dalam melakukan interaksi sosial. Konsep ini memandang KAP sebagai sebuah drama atau sandiwara. Sebagai partisipan dalam komunikasi kita bukan saja aktor tapi juga penulis skenario yang menulis naskah drama kehidupan nyata kita. 2. rhetorical sensitivity. Dikemukakan oleh Rod Hart dan Don Burks, yang mengacu pada kualitas persepsi yang didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan. Menerapkan konsep ini berarti peka terhadap diri sendiri, peka terhadap situasi, dan terutama peka terhadap orang lain. Tindakan ini mencakup pemilihan perilaku komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antara diri kita, orang lain, dan situasi tertentu selama kegiatan KAP. Dengan kata lain konsep ini melakukan adaptasi terhadap sejumlah kemungkinan. Terdapat 5 karakteristik dari konsep ini a. mampu menerima kompleksitas pribadi. b. Menghindari sikap kaku/keras dalam berkomunikasi dengan orang lain. c. Menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain. d. Meyadari kapan harus berkomunikasi dalam berbagai situasi yang berbeda. e. Menyadarai pesan dapat disampaikan dalam berbagai cara untuk menyamapikan suatu maksud. 3. atributional respons, merupakan cara lain penggunaan proses atribusi melalui perilaku kita sebagai reaksi atas tindakan orang lain. Setiap tindak komunikasi dalam percakapan dapat menyertakan ekspresi atau pernyataan atributif. 4. konfirmasi antar pribadi. by Drs. Ahmad Mulyana, Referensi 1. Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003 2. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996 3. Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New Jersey, 1996. Tags Teori Komunikasi - VI This entry was posted on April 22, 2008 at 310 pm and is filed under Teori Komunikasi. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

apakah yang mendasari individu berkomunikasi dengan orang lain